Senin, 24 Oktober 2011

Special for my best friends

Ingatkah kamu, kawan…dari kecil kita tertawa bersama. Bahkan kita selalu menertawakan masalah-masalah hidup kita dari dulu hingga saat ini. Aku masih ingat ketika dulu kamu membuatkanku layangan dan kita bersama menerbangkannya. Ahhh…itu sangat indah, kawan! Dulu ketika kecil, kita tidak pernah menyangka akan seperti apa kisah hidup kita bila dewasa nanti. Aku ingat, kawan, dulu aku pernah berkata : “Gue gak mau ah jadi orang dewasa! Nanti berantem mlulu kaya’ mamah papah.” Dan kamu ingat, kawan, kamu berkata : “Tenang aja, Mpik, kita hadapin bareng. Sampe tua nanti, kita masih bisa qo main layangan kaya’ sekarang.” Dan aku bahagia, kawan, karna hingga saat ini kita masih bersama. Kamu masih menjadi sahabat terbaikku (meskipun tak pernah lagi main layangan bareng :p). Ketika kita remaja, kawan, aku pernah menangis karna lelaki, dan kamu berkata : “Gak usah nangis, Mpik, dia gak pantes lu tangisin, bahkan dia gak pantes ngeliat senyuman lu.” Oh….itu indah sekali, kawan, aku masih ingat itu. Dan ketika akhirnya jarak harus memisahkan kita, aku hanya bisa menangis dalam pelukanmu ketika kamu berpamitan. Dan kamu berkata : “Kita tetap sahabat. Jarak dan waktu cuma angka.” Dan aku bangga, kamu bisa membuktikan itu, kawan! Persahabatan kita sungguh sangat indah meskipun kita tak bisa lagi saling memeluk ketika sedih, tak bisa lagi tertawa bersama ketika masalah datang.

Ingatkah kamu, kawan, dulu kita pertama kali bertemu ketika masih berseragam putih-biru. Cerita kita diawali karna saling cerita tentang cinta monyet kita. Ah, kawan, kamu sangat tau semua cerita itu. Cerita kekonyolan masa remaja. Hingga cerita kita berkembang ke semua hal. Aku menganggapmu kakakku, dan hampir setiap weekend kamu menginap di kamarku, bercerita banyak hal. Ingatkah kamu, kawan, aku pernah menangis karna kamu pernah berniat untuk melanjutkan sekolah ke Solo. Rasanya aku tak sanggup kehilangan sahabat terbaikku saat itu. Tapi akhirnya justru aku yang harus meninggalkan kamu. Kita hanya bisa saling komunikasi via sms,email,atau fb. Bertemu hanya ketika aku pulang ke Bekasi. Taukah kamu, kawan, aku sangat sedih ketika aku tak bisa datang di pernikahanmu. Aku tau itu mimpimu yang menjadi kenyataan, dan pastilah pernikahan itu momen yang sangat penting untukmu. Aku sangat menyesal tak bisa berbagi kebahagiaan dan juga “kerepotan” di satu momen penting dalam kehidupanmu. Aku pun sedih karna rasanya seolah-olah kamu tak hanya berubah status, tapi juga rasanya kamu akan pergi jauh dariku, tak bisa lagi menggila bersama seperti dulu. Ahhh tapi kawan, sungguh aku sangat bahagia melihatmu sebahagia seperti sekarang ini. Aku tak pernah berhenti menaruhmu dalam daftar sahabat terbaikku. Tak pernah lupa mendoakanmu yang terbaik. Taukah kamu, kawan, hati kecilku selalu ingin kita kembali lagi ke masa lalu. Dan taukah kamu, kawan, hati kecilku selalu ingin tetap ada di dekatmu, berbagi lagi seperti dulu.

Ingatkah kamu, kawan, dulu kita sebatas teman menggila bersama. Aku tak pernah menyangka akhirnya kita menjadi sahabat baik seperti sekarang ini. Ketika kita terpisah jarak, justru kita semakin dekat. Kita sama-sama bermimpi untuk menetap di Bekasi setelah lulus kuliah, bersama semua sahabat-sahabat lainnya. Ahhh…rasanya aku tak sabar menanti momen itu, kawan! Rasanya aku tak sanggup lagi berpisah denganmu dan juga yang lainnya. Namun takdir berkata lain. Sekali lagi, roda kehidupan memutar kisah kita. Kamu kembali ke Bekasi, dan aku justru kembali ke Lombok. Aku ingat, kawan, kamu pernah mengirim sms di tanggal 30 Maret 2011 jam 10 malam : “Sedih deh pas gw mau balik ke jakarta elu malah stay di Lombok :( soalnya gue udah 80% bakal balik ke Jakarta, kemaren udah kebayang malming bareng elu sama anak2 lain juga nengkri di mall gt, tapi semua buyar sudah.” Taukah kamu, kawan, ketika itu aku berusaha menghiburmu, seolah-olah aku baik-baik saja. Seandainya kamu tau, kawan, air mataku jatuh ketika membaca kalimat itu. Kita bahkan tak berdaya dengan takdir ini. Lagi dan lagi, kita harus terpisah jauh. Entah kapan kita bisa mewujudkan mimpi kita dulu. Tapi kawan, percayalah, semua ini tak mengurangi rasa sayangku padamu. Aku tetap memberikan perhatian dengan cara-caraku yang unik :) dan akupun selalu merasa kamu tetap menjadi sahabatku yang selalu ada kapanpun aku butuh.

Ingatkah kamu, kawan, kita saling mengenal sejak kelas 3 SMP. Ternyata kesamaan kisah hidup kitalah yang akhirnya membuat kita dekat. Kita tidak pernah bosan menghabiskan waktu bersama hanya untuk mendiskusikan masalah hidup kita yang : SAMA. Kawan, aku sangat nyaman ketika kita saling berdebat masalah hidup kita di kamarmu itu. Masa-masa itu yang selalu kuingat. Dan ketika akhirnya takdir memisahkan kita lalu mempersatukan kita kembali, aku sadar aku sangat takut kehilangan kamu lagi. Rasanya aku selalu ingin tetap bisa melihatmu dan menemanimu di masa-masa tersulitmu. Namun aku tetap saja tak kuasa menolak takdir. Dan di siang itu, di rumahmu, ketika aku harus meninggalkanmu lagi, aku sangat ingat kawan…kamu memelukku erat…sangat erat…dan menangis terisak-isak. Aku berusaha tersenyum di depanmu. Aku hanya sanggup membisikkan : “Semua pasti bakalan baik-baik aja,say.” Tapi percayalah, kawan, hati ini menjerit ketika kamu memelukku saat itu.

Ingatkah kamu, kawan, kita bertemu sejak kelas 1 SMP. Bertambah dekat karna kita duduk di satu meja ketika kelas 2. Kamu selalu jadi sahabat yang setia mendengar segala cerita hidupku. Aku masih ingat, di masa itulah aku sangat rapuh, dan kamu sangat berperan dalam mensupportku. Kita terpisah sejak lulus SMP. Dipertemukan kembali via jejaring sosial, dan hingga sekarang tetap saling menjaga komunikasi. Aku bahagia ketika akhirnya kita bisa berpelukan lagi, bertemu kembali setelah sekian tahun tak bertemu. Namun lagi dan lagi, kita harus berpisah. Rasanya berat, kawan! Taukah kamu, kawan, aku selalu merasa setiap komunikasi yang kita jalin itu sangat berkualitas. Aku tak pernah lupa semua saran-saran dan pendapatmu. Salah satu kalimatmu yang palling kusuka : “Masa alasannya karna dia kurang cinta sama elu? Trus kalo kita cinta, kita harus bisa nrima smuanya? Bahkan kekurangan yang kaya gitu? Kalo kita cinta kta harus trima disakiti n dikecewain trus2an? Bukannya kita jatuh cinta karna kita ingin bahagia ya?” Kawan, kamulah yang membukakan mata hatiku sejak saat itu :).

Ingatkah kawan, kita pernah menggila bersama di kelas 3 SMA. Hingga kita terpisah jarak, kita masih tetap teman menggila disaat bertemu kembali. Aku tak ingat persis bagaimana akhirnya kita bisa sangat dekat dan bercerita banyak hal. Aku bukan tipe orang yang mudah menceritakan rahasia-rahasiaku. Tapi denganmu, aku merasa nyaman. Aku percaya kamu memang sahabat yang baik. Di hari itu, ketika aku akhirnya memutuskan untuk kembali ke Lombok, kamu mengantarku ke halte bus bandara. Kamu sempat berkata : “Coba dipikirin lagi, Jie, yakin mau ke Lombok? Masih bisa qo dibatalin tiketnya. Masa’ elu ninggalin gue lagi? Masa’ kita jauhan lagi?” beberapa detik kemudian kamu menangis tanpa henti. Oh kawan, percayalah aku tak suka itu! Aku tak suka perpisahan! Aku tak suka kamu menangisi kepergianku seolah-olah kita tidak akan pernah bertemu lagi. Kawan, sejak saat itu aku semakin yakin, kamu benar-benar sahabat baikku yang seterusnya akan selalu ada untukku. Ingatkah kamu kawan, di suatu siang, di tengah sibuknya pkerjaanku, kamu meneleponku, dan kamu menangis…menceritakan kisahmu dikhianati seseorang di sana. Percayalah, kawan, saat itu aku menangis juga, aku menyesal tak bisa ada di dekatmu, memelukmu, mengusap air matamu seperti di halte bus dulu. Oh, kawan, kamu pantas menghukumku! Sahabat macam apa aku, yang tak bisa ada di dekatmu ketika kamu rapuh.

Ingatkah kawan, dulu kita pernah merasakan susah bersama (sering :p). Aku tak pernah lupa ketika dulu kita bersama mencari pekerjaan bersama, untuk menambah biaya kuliah kita. Kita berjalan kaki di sepanjang jalan Majapahit. Kita tertawa bersama dan saling berucap : “Ketika kita sukses besok, kita gak akan lupa momen ini.” Ingatkah kamu kawan, ketika kita bersama ke salah satu rumah sakit dan kita sama-sama menerima kabar buruk. Saat itu kita menangis bersama, sekaligus tertawa bersama. Menangis karna kita sama-sama merasa lelah, lagi dan lagi diuji olehNYA, kali ini dengan penyakit yang cukup serius. Tertawa karna kita sama-sama merasa “lucu” dengan seluruh kejadian hidup kita yang semakin sinetron. Oh kawan, aku tak pernah lupa setiap momen-momen itu. Sampai kita berdua berambut putih besok, rasanya aku takkan pernah melupakan semua momen-momen kita bersama. Taukah kamu, kawan, ketika kamu akhirnya menikah, aku sedih sekaligus bahagia. Sedih karna rasanya aku berat harus kehilanganmu. Rasanya aku tak rela harus berbagi cinta dengan suamimu :), dan bahagia karna akhirnya kisah sinetron hidupmu bisa lebih ringan. Aku hanya berharap persahabatan kita yang indah ini tidak akan pernah goyah oleh apapun.

Ingatkah kawan, dulu kita selalu berangkat dan pulang sekolah bersama semasa SMP. Kita tidak pernah satu kelas, tapi kita tetap sahabat yang berbagi semua cerita. Ingatkah kawan, dulu aku pernah menangis karna orang tuamu melarang kita terlalu dekat karna alasan yang konyol : aku anak cetakan broken home. Namun kita tetap saling bertemu meskipun harus bersembunyi. Ah…rasanya aneh, kawan, kita bersahabat tapi kita harus bersembunyi. Tapi di situlah letak solidnya persahabatan kita. Dan itu sangat indah, kawan! Aku masih ingat, kawan, dulu kamu pernah membelaku ketika aku tersakiti “kucing garong”. Ahhh…aku tak pernah lupa itu, kawan! Kita kehilangan komunikasi semenjak aku harus kuliah di Lombok. Setiap ada kesempatan ke Bekasi, aku selalu mencarimu, namun tak pernah berhasil. Hingga akhirnya setelah 5 tahun lebih, kita dipertemukan kembali. Begitu banyak cerita yang terlewatkan. Oh, kawan, cerita hidup kita semakin sinetron saja ternyata :) .
 
Ingatkah kamu, kawan, dulu kita selalu tertawa bersama di kelas 3 SMA. Setiap hari kita selalu PBBC (pulang bareng beli cimol) dan PBBPI (pulang bareng beli pop ice). Kadang kita juga mampir di Badut (bakso sudut) dan makan makanan favorite kita, mie ayam bakso :). Taukah kau, kawan, aku selalu ingat setiap momen kita tertawa lepas bersama. Ketika tiba saatnya kita memilih universitas yang kita tuju selepas SMA, kita sama-sama memilih salah satu universitas terkenal di Jawa Tengah, dengan harapan setidaknya kita bisa tetap bertemu meskipun beda fakultas. Aku masih ingat, kamu orang pertama yang memberitahuku bahwa kamu berhasil lulus di universitas impian kita, tapi aku tidak. Di tahun  pertama kuliah, kita tetap berkomunikasi via sms atau email. Taukah kamu, kawan, aku masih menyimpan semua email-email-an kita, karna semua isinya tentang persahabatan kita yang indah. Seiring berjalannya waktu, kita semakin renggang. Kitapun hanya bertemu saat liburan kuliah. Dan suatu malam, ketika setelah satu tahun lebih tak bertemu, kita duduk berbincang hangat di sebuah restaurant di mall Bekasi. Perbincangan hangat itupun menjadi perpisahan kita, karena esoknya aku harus kembali ke Lombok. Lagi, kita berpisah. Taukah kamu, kawan, aku mengingat semua perbincangan kita malam itu, dan ketika aku merindumu, aku selalu mengingatnya kembali :).

Ingatkah kamu, kawan, kita pertama kali berkenalan di suatu hari ketika apel pagi ospek di kampus. Satu kelas, satu organisasi, satu gank :). Susah senang kita hadapi bersama. Meskipun pada akhirnya kita tak lagi kuliah bersama, kita tetap bersahabat dekat. Taukah kamu kawan, ketika kamu menceritakan salah satu masalah terberat hidupmu dulu, aku hampir saja membencimu. Oh tapi aku tak kuasa membencimu, karna saat itu kamu begitu rapuh, dan akupun terlalu mencintaimu, kawan! Waktu terus berlalu hingga kita terpisah jarak lagi. Setelah satu tahun tak bertemu, malam itu, kita melepas rindu di sebuah restaurant di Mataram Mall. Ketika aku bertanya : “Lu bahagia dengan hidup lu yang sekarang?” Dengan cepat kamu menjawab : “Tidak.” Dan kamu menceritakan apa yang sedang terjadi. Oh Tuhan...seandainya aku bisa mencuri semua lukamu untukku saja! Malam itu, kamu bercerita dengan mata berkaca-kaca. Seandainya kamu tau, kawan, aku lebih ingin kamu menangis sepuasnya di pundakku. Tapi aku tau persis, kamu memang wanita kuat yang tak ingin terlihat lemah meskipun di depanku :).

Ingatkah kamu, kawan, kita selalu bersama semasa kuliah dulu. Masa-masa tersulit kita hadapi bersama. Kamu tak hanya aku andalkan dalam hal akademik, tapi juga selalu aku andalkan sebagai teman berbagi rahasia hidupku. Aku tak pernah lupa, kawan, kebaikan hatimu yang mau menolongku ketika aku dalam masalah berat. Di malam itu, di kamarmu, kita saling bercerita tentang arti persahabatan. Kamu berkata : “Awalnya gue bingung sama lu. Kadang lu diem banget, cuek, kaya’ gak care gitu. Tapi akhirnya ketauan aslinya lu care banget sama gue. Tau gak? Gue tuh anggep lu sahabat baik gue, meskipun kadang gue ragu lu anggep gue sahabat lu juga apa gak.” Percayalah, kawan, hingga detik ini aku tak pernah lupa momen itu. Taukah kamu, kawan, aku pernah berada di satu titik puncak kecemburuan. Yah, aku cemburu! Semenjak kamu menjalin hubungan serius dengan seseorang, aku merasa kamu sangat tertutup dan jauh dariku. Aku pikir kamu memang lebih bahagia seperti itu. Namun ketika akhirnya aku tau kamu tak sebahagia yang aku kira, rasanya aku ingin membunuh orang yang menyakitimu itu! Taukah kamu, kawan, sampai saat ini, aku masih mencoba untuk mengendalikan rasa cemburuku itu :).

Ingatkah kamu, kawan, lebih dari 5 tahun kita bersahabat baik. Lebih dari 4 tahun kita tinggal bersama dalam 1 rumah. Susah senang kita selalu bersama. Aku tak pernah melupakan setiap momen kebersamaan kita. Aku menyayangimu seperti saudara kandungku sendiri. Ah, kawan, bagian cerita hidupku yang mana yang tidak kamu tau?! Ingatkah kamu, kawan, dulu  aku hampir saja berpisah denganmu. Di sore itu, di terminal bus, kita menangis bersama, membayangkan betapa sedihnya perpisahan itu. Tapi di sore itu, kawan, aku meyakinkanmu bahwa pasti kita akan bertemu lagi, karna aku tak ingin meninggalkan kamu, rumah itu, dan juga semua kehidupan kita di dalamnya. Ketika akhirnya aku kembali ke rumah itu, kita berpelukan, dan menangis bahagia karna kita bisa bersama lagi. Ah, kawan, sungguh aku tidak akan pernah lupa momen indah itu. Saat ini, meskipun aku tak lagi hidup dalam 1 rumah bersamamu, dan kita tak lagi selalu menghabiskan waktu bersama, aku selalu mendoakan kebahagiaanmu, kawan.

Ingatkah kamu, kawan, dulu kita hanyalah teman biasa, tidak ada yang istimewa. Tapi takdir membawa kita hingga kita menjadi sahabat seperti sekarang ini. Entah kapan aku mulai merasakan firasat kita bisa menjadi sepasang sahabat yang saling mengerti. Salah satu momen yang tak mungkin kulupa adalah sore itu, sepulang kerja di hari pertamaku :) yahhh momen seperti itu yang akan tetap kuingat bahkan esok ketika kita tak bersama lagi. Taukah kamu, kawan, aku selalu merasa aku belum cukup banyak membalas kebaikanmu. Rasanya sudah tak terhitung betapa banyak hal-hal yang telah kamu lakukan untukku. Dan di suatu malam, kamu menangisi seseorang, bercerita betapa kamu merasa kehilangan dia. Oh kawan, aku hanya bisa memelukmu saat itu, aku hanya bisa mengusap air matamu. Dan setelah itu aku hanya bisa “sedikit” melakukan tindakan “kecil” untuk membantumu. Seandainya kamu tau apa yang kulakukan di belakangmu, mungkin kamu akan menyebutku lancang. Tapi tak apalah, selama aku bisa melihat senyummu lagi, dan selama air mata itu tak lagi kembali. Karna bagaimanapun aku berusaha menjadi sahabat terbaikmu, tetap saja bagiku belum cukup untuk menandingi kebaikanmu.  Taukah kamu, kawan, aku tak hanya ingin kita sekedar roommate, tapi juga soulmate :).


if you ever find yourself stuck in the middle of the sea, i'll sail the world to find you
if you ever find yourself lost in the dark and you can't see, i'll be the light to guide you

find out what we're made of
when we are called to help our friends in need

you can count on me like 1 2 3…i'll be there
and i know when i need it i can count on you like 4 3 2…and you'll be there
cause that's what friends are supposed to do

if you're tossing and you're turning and you just can't fall asleep, i'll sing a song beside you
and if you ever forget how much you really mean to me, everyday i will remind you, ohh

find out what we're made of
when we are called to help our friends in need

you can count on me like 1 2 3…i'll be there
and i know when i need it i can count on you like 4 3 2…and you'll be there
cause that's what friends are supposed to do

you'll always have my shoulder when you cry
i'll never let go, never say goodbye

you know you can count on me like 1 2 3…i'll be there
and i know when i need it i can count on you like 4 3 2…and you'll be there
cause that's what friends are supposed to do, oh yeah


Selasa, 18 Oktober 2011

cerpen

Sesil menghela napas panjang. Diambilnya selembar tissue. Pelan-pelan ia hapus air matanya. "Aku cuma takut, aku bener-bener sayang sama kamu. Aku gak mau ada drama-dramaan."

"Kenapa harus takut? Kamu aneh! Mau sayang sama orang koq takut?" Angga membelai lembut rambut Sesil. Dikecupnya kening Sesil. Kemudian mereka saling bertatapan. Diam. Hanya saling menatap. Masing-masing hanya berdialog dengan pikiran. Bergumul dengan berbagai macam pikiran buruk sekaligus pikiran baik.

Sesil beranjak, berjalan ke arah cermin. "Yakin, kita bakalan baik-baik aja? Ngejalanin relationship tanpa ikatan emosional? Ngejalanin hubungan tanpa perasaan? Bull shit! Buat kamu mungkin bisa. Tapi aku? Aku cuma perempuan biasa. Sekuat apapun aku, someday...aku pasti nyerah sama perasaan aku sendiri."

"Yaudah, gini aja. Sekarang kamu sayang gak sama aku?" Angga menatap tajam bayangan Sesil di cermin.

"Aku sayang kamu. Aku gak mau kehilangan kamu. Tapi...jelas rasa sayang ini beda! Kita dari dulu sahabatan, Ngga. Kita udah kaya kakak-adik. Tapi sekarang koq jadi kaya gini?"

"Make it simple! Just let it flow. Aku sayang kamu. Kamu sayang aku. Aku single. Kamu single. So what's the problem? Intinya kita berdua sama-sama takut ngejalanin hubungan serius kan? Jadi, kita jalanin aja."

"Yeah, rasanya aneh kita ngebahas ini." Sesil tersenyum. "Hmmm...tapi kita tetep harus punya komitmen. Ketika kita masing-masing nemu orang lain, kita harus saling jujur, dan kita bener-bener akhiri relationship yang aneh ini."

"Deal. Aku pasti bakalan bilang ke kamu seandainya aku ada rasa sama cewe lain." Angga menghampiri Sesil. Mengecup bibir Sesil. Satu kali. Dua kali. Tiga kali. Sesil mengecup kening Angga. Lama. Dalam. Penuh arti.

"Hahahahaha! Gila yah! koq bisa kita kaya' gini!" Sesil memecah kesunyian.

"Gak ada yang gak mungkin dalam percintaan. Dan gak ada yang salah dalam percintaan." Angga menambahkan.

"Aku gak mau lagi mikirin ini namanya the right time,the right feeling, atau the right man. Aku rasanya bosen mikirin hal-hal kaya gitu, Ngga. Bener kata kamu...just let it flow! Kita gak pernah tau apa yang terjadi besok. Tapi aku cuma berharap kita sampai kapanpun tetep sahabat. Tetep saling menyayangi."

"Yah...kita saling menyayangi dengan cara yang unik." Angga tersenyum.

"Hari ini, aku gak akan lupa kalo kita udah berkomitmen untuk ngejalanin relationship tanpa ikatan emosional berlebih. Yeah aneh memang, relationship tapi tanpa ikatan. Tapi aku gak peduli apapaun sekarang, Ngga, aku cuma mau kita tetep saling menyayangi, meskipun dengan cara yang aneh seperti saat ini." Sesil merapikan riasan wajahnya, mengambil tasnya, dan pergi dari kamar Angga setelah satu kali lagi mengecup kening Angga.

"Take care, Sil. Text me later." Angga setengah berteriak. Sesil hanya tersenyum.


*******
Di dalam mobil. Jakarta, 18 Oktober 2011. Sore hari, di tengah kemacetan Jakarta.

"Gila! Bisa-bisanya gue main-main api gini. Bisa-bisanya gue sama Angga jadi kaya' gini. Yeah, Angga emang manis. Baik. Selalu bisa diandalkan. Selama ini selalu jadi abang terbaik gue. Selalu ada kapanpun gue butuh. Tapi untuk ngejalin relationship sama dia? Aduh, dari dulu gak pernah kepikiran! Tapi sekarang? Kenapa tiba-tiba gue kaya' kehipnotis aja gitu? Kenapa gue enjoy banget ketika dia ngekiss bibir gue? Ini cinta? Masa'? Ooooh...I don't care! He's such a good kisser! Hahahaha. Yeah, gak ada salahnya gue coba jalanin aja kali ya? Angga bener. Gue sayang dia. Dia sayang gue. Dia single. Gue single. So what's the problem? Hey...masa' mau gue sia-siain sih nikmatin kisah percintaan unik ini?"
 

*******

Di dalam kamar. Jakarta, 18 Oktober 2011. Sore hari, di tengah panasnya cuaca Jakarta.
"Sinting! Koq bisa gue suka sama cewe' cengeng kaya' si Sesil? Kesambet setan apa sih gue tiba-tiba ngekiss dia? Trus dia juga koq ngebales cium gue. Idih! Ini kita kebawa perassan? Karna kita lagi sama-sama ngejablay? Haduh, koq jadi kaya' gini ya! Gak tega banget ngeliat Sesil sempet nangis tadi. Gue tau dia pasti bingung. Dia kan anaknya banyak mikir. Gak bisa se-simple gue. Tapi emang gue beneran sayang sama Sesil. Gue enjoy banget ketika kita kissing tadi. Itu bocah pinter juga ciuman, gak nyangka gue, hahaha! Well...gak ada yang gak mungkin dalam percintaan. Gue gak nutup kemungkinan bisa beneran cinta sama Sesil. Gue juga capek cari cewe' sana-sini, ujung-ujungnya gak cocok. Yah gue cuma berharap kita tetep selalu baik-baik aja ngejalanin relationship yang aneh ini. Just let it flow....and let the love find its own way."