Senin, 28 Februari 2011

HOME SWEET HOME.................!!!!!!!!!!!!




Udah 2 mingguan gw di rumah. Setelah sekian lama gw gak pernah mudik, ahirnya gw bisa jumpa lagi dengan tanah kelahiran,halah! Seperti byasa…setiap gw pulang pasti ada beberapa perubahan di rumah, dalam hal tata letak atau perabotan baru yang dibeli nyokap.

Di luar hal itu, tetep aja rumah gw sama kaya yang dulu! Alamatnya, bentuknya, suasananya, dan segala memori di dalamnya. Buat mantan anak kosan yang kemaren2 homesick, pulang kampung ini menjadi suatu momen yang sangat membahagiakan. Niat utama gw pulang adalah mengadu nasib setelah dapet gelar sarjana ekonomi. Dan yang pasti, hidup bareng nyokap yang tadinya sebatang kara di rumah ini.

dari depan


samping rumah / akses ke ruang TV





















Di minggu pertama gw di Bekasi, gw banyak ngabisin waktu ke rumah orang2 terdekat. Keluarga, sahabat, semuanya gw kunjungi. Mereka adalah orang-oranng yang selama ini buat gw bisa bertahan sampe sekarang ini. Dengan cinta dan support dari mereka. Bisa ketemu mereka lagi merupakan hal yang sangat gw nanti dari masih di Lombok. 

dari depan juga


teras / akses ke ruang tamu





















dari depan juga


















Selebihnya, gw tetep dengan tujuan utama gw pulang. Gw segera cari lowongan2 kerjaan. Sarjana ekonomi gak susah cari lowongan kerja, tapi bukan berarti beruntung bisa gampang dapet kerjaan yang bagus juga! Di sinilah masa-masa tersulit dalam hidup gw dimulai lagi. Satu fase kehidupan yang gak bisa gw tolak. Setelah berhasil ngelewatin rintangan-rintangan untuk dapetin gelar sarjana, gw pun harus ngelewatin lagi rintangan-rintangan selanjutnya. Ya…ya…ya…ini semua tentang uang!

Jujur gw mulai strez. Kocar-kacir kesana-kemari 2 mingguan tapi belum dapet kerjaan juga. Gak segampang dulu di Lombok. Ya gw tau, pasti karna banyak saingan gw. Untuk fresh graduate kaya gw pasti susah banged lah cari kerjaan. IPK gw yang lumayan itu gak menjamin keberuntungan gw. Gw yakin, semua ini berkaitan dengan garis tangan masing-masing manusia, bukan berkaitan dengan pinter-atau-enggak-nya seseorang. Gw percaya, gw saat ini ada di Bekasi dan kocar-kacir cari kerjaan karna emang udah ada di garis tangan gw. Allah yang udah nuntun gw sampe ke tahap sekarang ini. Dan pasti ada rahasia indah di balik ini semua.

Gw dapet tugas dan tanggung jawab yang besar di rumah ini. Gw sekarang bukan hanya anak dari nyokap gw, tapi juga anak yang harus bertanggung jawab atas hidup nyokap dan segala hal yang berkaitan dengan nyokap. Kenapa gw bilang ini tugas dan tanggung jawab yang besar? Karna…hidup nyokap itu gak simple! Complicated! Gw baru pulang aja udah disodorin segala macem cerita buruk tentang keluarga besar nyokap gw. Dan tugas terberat gw adalah memperbaikinya dengan cara yang sampe sekarang gw gak tau kaya apa dan bagaimana. Jujur, hal ini justru yang sangat ngebuat gw strez ketimbang nyari kerjaan. Perjalanan gw bareng nyokap baru aja dimulai, dan kita cuma berdua ngadepin hidup ini sampe ke depannya dalam jangka waktu yang gak gw bisa prediksiin juga.

Somehow, gw nyaman di rumah ini. Biarpun lingkungan mencemooh kita keluarga broken home. Biarpun semua orang menganggap kita gak sanggup. Sekeras apapun hidup ini. Whatever!!!! Biar gimanapun gw nyaman di sini. Karna di rumah inilah seharusnya gw berada. 

Hidup di luar sana mungkin memang lebih indah daripada hidup di dalam rumah ini. Tapi kebahagiaan gw gak ada artinya tanpa kebahagiaan orang tua gw, keluarga besar, dan juga sahabat.

Hal-hal kecil yang dilakukan nyokap setiap hari, selama 1 minggu ini sangat berarti dalem buat gw. Bangun tidur sarapan udah siap. Mau makan siang udah siap. Gw tidur di kasur yang nyaman. Suasana rumah gw tenang. Mau apapun ada di rumah gw sendiri. Sangat beda jauh dengan dulu hidup gw jadi anak kosan. Bukan berarti gw keasikan hidup serba gampang di rumah gw sementara di kosan gw hidup susah. Bukan tentang itu! Tapi tentang betapa dalemnya cinta nyokap ke gw. Betapa dia sangat merindukan kehidupan keluarga yang sebenarnya. Betapa dia mau tunjukin ke gw, kalo dia sanggup kasih gw kehidupan sebagai single parent.

Rumah ini tadinya udah mau dijual. Karna nyokap gak betah sama para tetangga rese’. Tapi gw belum diskusiin ini sama bokap. Rumah ini memang banyak kenangan manis dan pait. Gw cinta rumah ini, tapi bukan berarti gw juga gak ngerasain hal yang sama kaya’ nyokap. Gw jujur, pengen suasana yang baru. Gw pengen jauh dari lingkungan rese’ di sini. Terutama, karna gw gak mau liat nyokap strez terus. Gak baik buat kesehatan dia yang belakangan ini sering ngedrop. Tapi, gw, kakak gw, dan bokap, bahan nyokap sendiri pun punya alasan masing-masing kenapa kita serinng nunda2 untuk diskusiin tentang rumah ini. Sekuat apapun keinginan gw untuk pindah rumah, gw tetep berat ninggalin rumah ini.

Di sisi lain, salah satu sahabat gw dalam masalah yang menurut gw sangat besar. Bahkan masalah hidup gw selama ini rasanya gak bisa dibandingin sama masalah dia. Singkat kata, sahabat gw itu berada dalam posisi dilematis antara pertahanin rumahnya atau lepasin gitu aja. Seperti yang dia bilang, se-gak-betah-nya dia di rumah itu…rumah itu tetep harta berharga buat dia dan keluarganya sampe mereka pertahanin hingga saat ini. 

Bukan hanya sekedar tempat berlindung. Rumah memiliki nilai dan arti tersendiri bagi pernghuninya. Itulah! Setiap masing-masing orang punya alasan sendiri kenapa mereka mencintai rumahnya.

Dari setiap masalah-masalaha hidup yang gw rasa berat untuk dilalui, toh ahirnya gw sanggup bertahan sampe saat ini. Gw mampu menepis anggapan orang kalo anak-anak cetakan broken home selalu berimej negatif. 

Dan, hey…gw masih ada di sini, di rumah gw!

Masa lalu dan segala masalah hidup yang udah gw lewati justru semakin ngebuat gw semangat untuk mengejar impian gw. Bahagiaan nyokap. Bahagiain bokap. Kaka gw, keluarga besar, dan sahabat. Hal inilah yang sangat buat gw betah di rumah. Spirit dari nyokap. Spirit dari semua orang-orang tercinta di kota kelahiran gw ini. Dan gw yakin, gw mampu member kehidupan juga untuk nyokap meskipun banyak rintangan berat di hadapan kita.

Kemanapun takdir akan membawa kita…

Dan di rumah manapun nantinya kita berada…

Kita semua pasti akan pulang ke tempat yang sama : Tuhan!

Gw rasa gak perlu ngeributin di mana kita akan tinggal di dunia ini kalo kita inget 1 hal itu tadi. Yah meskipun, manusiawi banget kita punya pilihan-pilihan hidup untuk mencapai kebahagiaan. Di manapun rumah gw besok, semoga gw tetep bisa teriak : “Home sweet home!!!!!” ^_^




Rabu, 09 Februari 2011

A divorce

Divorce - Perceraian

Saya sudah lama mengenal istilah “divorce” atau perceraian sejak kecil. Kedua orang tua saya yang pernah mengalaminya. Sepanjang perjalanan hidup saya, saya terus bertanya mengapa perpisahan harus terjadi pada suatu ikatan suci pernikahan, atau…dalam suatu keluarga bahagia. Sepanjang perjalanan hidup saya, saya terus mencari jawabannya.

Ketika beranjak dewasa, saya mulai mengerti. Nampaknya istilah “divorce” itu memang hanya berlaku bagi orang dewasa. Saya menyebutnya sebagai bagian dari “masalah orang dewasa”.

Mengapa saya sebut demikian? Karna istilah itu tidak ada dalam kehidupan seorang anak kecil. Mereka tidak pernah kenal istilah “divorce”. Meskipun saya mengetahui istilah “divorce” sejak saya menjadi anak kecil, tapi saya toh tidak serta-merta mengalaminya sendiri. Yah, tentunya saya mengalami dampak buruk dari “divorce” itu sendiri. Tapi saya tidak pernah mengalami “divorce” dengan teman-teman semasa kecil saya, tidak pernah mengalami “divorce” dengan saudara saya, dan tentu tidak mengalami “divorce” dengan kedua orang tua saya. Anak kecil hanya hidup dengan segala imajinasi dan mimpi-mimpinya. Dan anak kecil hanya dapat menangis ketika menemui konflik dalam hidupnya.

Tak seperti orang dewasa, ketika mengalami konflik dalam suatu hubungan, “divorce” adalah istilah yang sangat dekat dengan mereka. Dan kini, ketika saya sudah bukan lagi anak kecil, dan juga belum merasa menjadi orang dewasa, saya mengalami “divorce” itu sendiri. Ternyata “divorce” tak hanya dialami oleh sepasang suami-isteri dalam suatu ikatan pernikahan. Tidak! Banyak sekali “divorce” dalam kehidupan orang dewasa.

Dalam persahabatan. Saya “merasa” memiliki banyak sahabat. Sahabat yang memberi saya kasih sayang. Tapi ternyata, saya sadar bahwa tak semua yang saya anggap sahabat baik saya itu benar-benar merupakan sahabat baik saya. Sahabat yang baik adalah sahabat yang selalu “ada” untuk kita bahkan di saat kita tidak membutuhkannya sekalipun. Namun yang sering terjadi dalam hidup saya adalah: sahabat saya datang “hanya” ketika mereka butuh saya dan saya selalu “ada” untuk mereka kapanpun mereka butuh saya. Kemudian saya sadar, ternyata selama ini saya hanya “menganggap” dan “mengharap” mereka adalah sahabat baik saya, dan mereka tidak “menganggap” dan “mengharap” saya sebagai sahabat baik mereka. Dengan sendirinya, waktu akan membuktikan itu semua dan dengan sendirinya pula, tanpa disadari, “divorce” dalam ikatan tali persahabatan pun ada. Dulu saya berpikir, persahabatan itu abadi, tak mungkin ada istilah “divorce” seperti yang pernah dialami kedua orang tua saya. Tapi seperti yang saya ungkap tadi, “divorce” memang satu bagian dari “masalah orang dewasa”.

Dalam percintaan. Saya rasa saya tak perlu menjabarkan dengan panjang mengenai poin ini, karna sejak kita beranjak remaja, semua merasakannya. Ketika dua insan saling mencintai, “divorce” juga sangat dekat. Saya selalu ingat satu kalimat ini : “orang yang sangat kita cintai berada dalam posisi yang sangat tepat untuk menyakiti hati kita.” Tapi saat ini, bukan hanya itu yang saya yakini. Saya yakin, kuantitas tak menjamin kualitas. Itu yang benar-benar baru saja saya alami. 1 tahun…2 tahun…3 tahun…berapa tahun pun, tak menjamin suatu hubungan percintaan kita berkualitas. Namun saya tak pernah menyesalinya. Tak pernah merasa sia-sia dengan kuantitas itu. Karena dari kuantitas yang sekian itulah saya bisa benar-benar tahu, bahwa hubungan saya dengan “dia” memang tak berkualitas. Mungkin tanpa kuantitas yang sekian itu, saya tidak akan bisa menilai kualitas dari hubungan itu sendiri.

Friendship divorce….relationship divorce...or whatever it called….merupakan suatu yang menyakitkan tapi bukan akhir dari segalanya. Bahkan bisa merupakan langkah yang terbaik.

Saya sadar, kedua orang tua saya bisa menjalin hubungan dengan lebih baik lagi tanpa dalam suatu ikatan pernikahan. Untuk apa mempertahankan pernikahan bila dua kepala tak bisa disatukan? Untuk apa mempertahankan pernikahan bila memperburuk kondisi keluarga itu sendiri? Mungkin dengan berpisah, mereka bisa lebih rukun tanpa memperburuk keadaan. Dan yang lebih penting, dengan perpisahan itu, mereka bisa saling menghargai, paling tidak sebagai sesama insan Tuhan, bukan sebagai sepasang suami-isteri.

Begitu pula dalam kehidupan persahabatan dan percintaan. Terkadang, “divorce” merupakan jalan terbaik. Bila “bersama-sama” justru menyebabkan pertikaian, mengapa tidak mencoba “menjaga jarak” dan saling menjaga kerukunan? Saya yakin, tak masalah kita tidak bersahabat dengan si A, atau putus dengan si X, selama semua itu tetap indah dan damai.

Dan lucunya, tanpa kita sadari, sejak kecil pun kita diajarkan oleh orang tua kita cara mengatasi masalah ketika kita terlibat pertikaian hebat. Misalnya, di saat kita berkelahi dengan kakak atau adik kita, dengan sigap sang ibu merelai kita. Simple. Hal itu untuk mencegah perpecahan yang lebih rumit. Ketika kita dewasa, “divorce” adalah perwujudan untuk tujuan hal simple yang telah kita tau sejak kecil itu tadi. Meskipun, “divorce” tentu bukan hal simple bagi orang yang mengalaminya.

Saya tau, Tuhan sangat membenci istilah “divorce” ini. Tapi tentu Tuhan lebih membenci lagi bila kita terus menciptakan pertikaian kan? Memang benar, kita hanyalah milikNya, dan hanya sementara di dunia ini. Namun bukan berarti kita pun tidak bisa memaknai sendiri hidup kita ini dan berusaha mendapatkan hidup yang lebih baik untuk kita. Mendapatkan kebahagiaan dalam hidup adalah manusiawi. Salah atau benar dari “divorce” itu sendiri, pasti memberikan makna tersendiri untuk yang mengalaminya. Dan yang memilih jalan “divorce” inipun pasti meyakini hanya itu jalan terbaik untuknya untuk menuju kebahagiaan.

Bagi yang pro dan kontra tentang tulisan saya ini…saya harap tetap bisa memandangnya dengan “kedewasaan”, karena seperti yang saya bilang di awal, “divorce” merupakan bagian dari “masalah orang dewasa”…^_^v…



Let’s live this life peacefully….by whatever n however we live this life…

Kamis, 03 Februari 2011

Detik-detik terakhir di Lombok (2)

Kemaren, tepatnya Selasa 1 Februari 2011 gw sempetin ngampus untuk yang terahir kali. Nikmatin taman kampus gw yang pewe bareng temen2 kampus. Yahh...boleh dibilang farewell lah, kali aja gw pulang dadakan besok2, trus gak sempet pamitan lagi ama temen2.

Sebenernya gw kurang suka yang begini2. Gak suka perpisahan. Masa "farewell" di-"party"-in??? Temen2 kampus pada ngajakin kumpul2 dulu sebelom gw berangkat ke Bekasi. Tapi gw gak mood banged. Maleeeessss....banged mo kumpul2. Kemaren di Trawangan aja sedihnya minta ampuuun...apalagi kalo ama temen2 kampus!

Gw pengennya...kita ketemu bukan untuk berpisah. Gw pengen kepergian gw gak usah dibesar2in laaah..byasa aja! Anggap aja gw cuma pergi sebentar n pasti bakal balik lagi. Jadi besok kita kumpul2nya setelah gw balik lagi ke Lombok...untuk ngerayain gw balik lagi. Bukan ngerayain perpisahan kaya sekarang ini...huhuhuhu....T_T....

Yahhh..berhubung gw emank pengen ngampus untuk yang terahir kali...jadi temen2 yang sempet dateng juga deh. Inti acara "farewell" ini : tanda tangan skripsweet gw...^_^....! Orang2 yang namanya ada di skripsi gw (pernah gw post disini), gw mintain tanda tangannya...hihihii...buat kenang2an laaah! Besok kalo kangen2 bisa gw buka2 deh skripsweet gw. Jadi gw bisa jaga skripsweet gw dengan sangat hati2...karna nilainya mahhhaaaalll buat gw...^_^....

sama nova di taman kampus
sama dian di taman kampus
sama asria di taman kampus

 
ria - deden - gw
gw - nova - deden

Temen2 sekelas gw cuma ada Nova, Deden, Asria, n' Dian. Jadi cuma foto2an bareng mereka doank. Temen2 yang laen lagi pada kerja n ngajak ketemuan di laen hari. Yang paling gw harepin sih Mega, Leny, n Rencok. Gw belom dapet tanda tangan mereka.
ini tanda tangan orang2 tersayang di atas lembaran skripsi gw ^_^


Anak2 ngajakin nongkrong di Senggigi Sabtu sore besok. Tapi tiba2 si Deden gak mood. Gw juga jadi kutan gak mood...karna emang dasarnya dari awal gw gak niat banged. Jadi gak mood deh buat ngelanjutin rencana itu. Byar ajalah ya bo'....! Gw minta tanda tangannya langsung aja deh ke rumah masing2. Hukz....

Jangankan sama anak2 kampus...sama anak2 kosan aja gw males banged ngadain "farewell party". Capcus ajalah langsung....!

Seperti yang gw bilang tadi....gw benci perpisahan. Gw gak suka kita ketemu untuk berpisah. Dan ini emang bukan yang pertama kali qo'. Dulu waktu SMP n SMA pun gw gini. Gw gak suka ngikutin acara perpisahan. Yeah...emang belakangan gw jadi nyesel gak ngikut kumpul2 perpisahan sama temen2 SMP n SMA dulu. Tapi toh ternyata emang jauh lebih indah pertemuan selanjutnya. Gw selalu inget momen bahagia ketika ketemu lagi sama temen2 SMP apalagi temen SMA...! Jadi gak perlu gw ikut acara perpisahan kalo cuma untuk bersedih2an.
Dan sekarang, gw pun tetep pengen begitu. Biar gw tetep termotivasi untuk ketemu lagi sama temen2 di Lombok. Aneh yak gw? Yaaah...itulah gw! ^_^



Rabu, 02 Februari 2011

Detik-detik terakhir di Lombok (1)


Menghitung Hari Menuju Bekasi…

Tinggal beberapa hari lagi gw bener2 bakalan ninggalin Lombok. Banyak hal yang masih pengen gw lakukan di Lombok, terutama eksplorasi pariwisatanya…hehehehe! Belum puas rasanya berpetualang di pulau yang indah ini!

Weekend kemaren gw sempetin liburan ke Trawangan. Gw manfaatin waktu yang tersisa ini untuk ke Trawangan. Yeah…untuk yang terahir kali sebelum pergi ke Bekasi. Gw pergi sama Iis, sahabat gw di Mapala-FE Unram. Sebenernya gw emang gak mau lagi ke Trawangan, karna gw benci perpisahan. Gw gak mau ngucapin “selamat tinggal” ke temen2 Gili Eco Villas. Atau nyakitin diri sendiri dengan “nyemplung” lagi ke memori tentang Mr. J. Tapi, atas dasar paksaan segenap kru GEV plus Iis yang ngerengek2 pengen liburan cihuy di Trawangan…jadilah kita berangkat Sabtu pagi, 29 Januari 2011.



Dan di setiap langkah di pulau itu…gw seolah kembali lagi ke masa lalu. Semua hal di pulau itu memang penuh kenangan tentang Mr.J. Liburan singkat yang penuh makna. Ada senengnya….ada sedihnya.

Kita bermotor-ria dari Mataram ke Trawangan. Nitip motor di penitipan motor deket pelabuhan Bangsal. Capcus jam 11 teng dari pelabuhan. Ombak besar sempet bikin gw pesimis bisa nyebrang dengan selamat sampe Trawangan. Jam 12 teng, ahirnya nyampe juga di pelabuhan Trawangan. Lega rasanya bisa ngeliat lagi pulau kecil nan indah itu. 

Setelah menghela napas sejenak di pelabuhan, kita jalan kaki menuju warung nasi. Dan gw milih warung dimana gw n Mr.J pernah makan di sana. Bahkan tempat duduknya pun sengaja gw pilih tempat yang dulu pernah kita dudukin. Gw mulai menikmati liburan ini. Meskipun gw gak bisa lagi liat Mr.J, setidaknya gw bisa kembali terhibur dengan kenangan masa lalu (yah..tentu aja sebenernya itu menyakitkan!).

Sabtu sore itu juga kita langsung melancong ke bukit Trawangan, menelusuri pantai barat Trawangan. Dan…tentu, gw inget Mr. J. Pepohonan….pasir putih…bahkan angin pun seolah menyapa gw dengan seruan “hey, welcome back! Where’s your Mr.J, by the way?” Jahat banged deh mereka! Bawa gw ke memori yang dulu lagi. Memori indah yang justru buat gw sakit sendiri.




Turun dari bukit, kita telusuri pusatnya hiburan di Trawangan (biasa di sebut sentral). Kita nikmatin sore itu dengan terus jalan kaki menelusuri jalanan Trawangan sampe GEV. Malemnya kita balik lagi ke sentral..untuk dinner. Mantan manajer gw bilang itu namanya “farewell dinner”…tapi gw gak suka dengan istilah itu. Yahhh..anggap aja itu emank malam terahir gw di Trawangan…tapi bukan malam terahir bersama mereka. Gw janji suatu saat pasti gw balik lagi untuk ketemu mereka lagi.




Malam itu bener2 gw nikmatin becanda bareng sama temen2. Pulang dinner jalan kaki sampe villa…lanjut begadang di pinggir pantai villa. Nyanyi2 sampe subuh, sampe ketiduran sendiri. Paginya, rencana mau main ke Gili Meno, tapi ternyata ketinggalan boat. Ahirnya gw puas2in foto2an bareng temen2 GEV. Sempet "diospek" juga sama anak2 GEV...disuruh nyangkul...nanem pu'un mangga. Buat kenang2an sih katanya. Hmmm....semoga kalo liburan ke sana lagi besok2...udah bisa rujakan hasil pu'un ntu..hehehee...




aktivitas nyangkul-nanem-nyiram pu'un mangga



 
Jujur sebenernya gw ngarep banget Mr.J dateng n mau ngobrol sama gw untuk terahir kali. Yah…meskipun sebelumnya dia emang udah bilang gak bisa dateng (gw post disini), gw tetep ngarep suatu keajaiban. Sebelum berangkat ke Trawangan, Sabtu pagi gw udah sms dia : “Aku jadi ke Trawangan hari ini. Cuma nginep 1 malem. Aku harap kamu bisa sempetin dateng.”
Tapi gak ada balesan. Bahkan sampe gw mau balik ke Mataram pun, dia gak kontak gw sama sekali!
Gw juga masih ngarep dia nungguin gw di Pelabuhan Bangsal. Ngarep bisa ngobrol sama dia sebelum gw berangkat ke Mataram. Tapi dia gak ada di pelabuhan nungguin gw. 


Kita ambil jalur Senggigi untuk pulang ke Mataram. Yang artinya ngelewatin Mentigi, rumah Mr.J. Tapi gw gak pernah tau persis di mana rumahnya. Gw cuma berharap Allah mempertemukan kita lagi di perjalanan itu. Sepanjang perjalanan pulang, air mata gw gak berenti ngalir. Berusaha mengikhlaskan perjalanan itu. Berusaha merelakan perpisahan ini. Berusaha sekuat mungkin "say goodbye" ke pulau kecil nan indah beserta kenangan Mr.J di dalamnya. Allah pasti punya maksud yang terbaik untuk gw kenapa sampe sekarang gw gak bisa ketemu lagi sama Mr.J.

Sebelum gw ke Trawangan kemaren, gw udah nulis surat untuk Mr.J. Gw jujur jelasin semua tentang kesalahan gw, kebohongan gw...semua! Gw harap dengan terus terang kaya gtiu akan meringankan beban gw. Sukur2 kalo dia mau hubungin gw lagi setelah itu. Langkah gw masih tetep terasa berat kalo Mr.J masih aja bersikap "anti-gw". Mungkin bisa aja gw ngelangkah dengan ringan ke depannya seandainya Mr.J mau temenan lagi sama gw. Meskipun terpisah jarak dan waktu...meskipun masih ada cinta tersembunyi di hati gw...

Kalo lisan gak bertemu....gw harap tulisan bisa bertemu ^_^

Dan sekarang, gw siap ngelanngkah ke depan dengan mantap. Kemaren2 bolehlah banjir nangis2...tapi hidup terlalu indah untuk terus ditangisin! Masih banyak hal2 indah lainnya....dan gw siap untuk berpetualang lagi...^_^....